Ubah Stigma Matematika dengan Gerakan Ajarmat

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta- Sebagian siswa masih memandang matematika adalah pelajaran sulit yang sering dianggap momok. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak tinggal diam. Mereka menciptakan gerakan Ayo Belajar Matematika (Ajarmat), yang merekrut masyarakat untuk diberikan pelatihan sehingga mampu mendampingi anak-anak mereka belajar matematika. 

Ajarmat adalah inovasi yang diciptakan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika. "Orang tua diberi wawasan tentang matematika dalam kehidupan sehari-hari, selain itu juga diajak melakukan beberapa aktivitas belajar matematika menyenangkan yang dapat dipraktikkannya bersama anak," ujar Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Iwan Syahril, saat wawancara Top 99 Inovasi Pelayanan Publik di Kantor Kementerian Pendayaguaan dan AParatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) beberapa waktu lalu. 

Hasil survei sebelum adanya gerakan Ajarmat, 80,35 persen orang tua masih memiliki mindset bahwa matematika itu menantang. Pihak Kemendikbud kemudian melakukan survei kepada peserta Ajarmat. Hasilnya, peserta menganggap kegiatan Ajarmat menarik dan mudah dilakukan, dapat dipelajari melalui kehidupan sehari-hari, belajar matematika menyenangkan, serta peserta yakin bisa mendampingi anak. 

Inovasi ini muncul karena banyaknya keluhan orang tua siswa yang kesulitan dalam mendampingi anaknya belajar matematika. Gerakan Ajarmat akan mengawal dan membantu anggota masyarakat dalam mendampingi anaknya belajar matematika yang asah, asih, dan asuh bersuasana kreatif, inovatif, inspiratif, dan menyenangkan. Ajarmat digerakkan oleh kader yaitu guru alumni pelatihan PPPPTK Matematika Kemendikbud. 

Inisiatif gerakan yang melibatkan guru dan orang tua adalah salah satu upaya untuk mengatasi masalah rendahnya prestasi belajar matematika siswa di Indonesia. Konsep gerakan Ajarmat kemudian digali melalui kegiatan focus group discussion (FGD) yang melibatkan pakar dan praktisi pendidikan beserta orangtua siswa SD. "Penguatan filosofis Ki Hajar Dewantara, penguatan pendidikan bukan hanya di sekolah tapi juga keluarga," ungkap Iwan. 

Gerakan Ajarmat berlangsung sepanjang tahun 2019, dan telah diluncurkan menjadi gerakan nasional pada November 2019. Pada tahun 2020, akan dilanjutkan dengan pembentukan Rumah Kader Ajarmat sebagai klinik luring di berbagai wilayah. 

Ajarmat merupakan bentuk membangun kesadaran warga dalam ekosistem pendidikan, melalui upaya penyusunan model peningkatan kompetensi guru matematika. Salah satu bentuk peningkatan kompetensi itu adalah dengan membentuk networking antara lembaga pemerintah dengan masyarakat. Sebagai konsekuensi dari bentuk ekosistem pendidikan itu, maka implementasi Gerakan Ajarmat akan diatur dalam sebuah Memorandum of Understanding (MoU) atau Surat Perjanjian Kerja sama antara pihak-pihak yang terkait. (p/ab)